Pemuda Desa Pinabetengan Dulu

|


“If you want to know your past - look into your present conditions. If you want to know your future - look into your present actions”. – Buddhism Proverb
Pemuda adalah merupakan masa depan Negara dan Bangsa ini dan eksistensinya sangat penting untuk dipertahankan, dibina, dididik, dan dibentuk demi tercapainya masa depan yang cerah. Baik tidaknya masa depan adalah ditentukan dari sekarang sebab yang akan menjalankan masa depan adalah pemuda masa kini sebagai bukti nyata dari regenerasi. Pemuda di masa sekarang ini disebut sebagai tulang punggung Bangsa menjadi titik tumpuan yang memiliki peran tidak kecil. Kenapa Pemuda sebab proses proses penting dalam hal belajar dan pembentukan karakter sangat penting di masa muda. Pemuda dalam proses pencarian jati diri, pembentukan karakter, dan pengembangan Intelektualitas ini butuh saluran yang tepat dan benar sebab saat inilah yang akan menjadi penentu. Pendidikan tidak hanya mencakup kurikulum sekolah, namun juga mencakup berbagai aspek yang dapat meningkatkan kompetensi generasi muda dalam menghadapi berbagai tantangan masa depan.
Nasionalisme pemuda Indonesia masih bersifat formal sehingga pada suatu waktu nilai nasionalisme bisa memudar. Menteri Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault mengungkapkan hal itu saat menggelar dialog dengan Bupati Subang dan sejumlah tokoh pemuda setempat, Jumat (1/8/08).
Menurut Menpora, Nasionalisme formal adalah Nasionalisme yang dibangun dari atas ke bawah (top down), bukan bottom up (bawah ke atas). ''Contohnya pada era Orde Baru, masyarakat wajib mendapatkan penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Saat itu, nasionalisme didasarkan pada selembar sertifikat,'' jelas Menpora. Untuk mengatasinya, salah satu solusi ialah memfokuskan pada pembentukan karakter pemuda. Adhyaksa menilai peranan pemuda Indonesia sangat dinantikan rakyat Indonesia seperti yang terjadi pada gerakan reformasi 1998. Pemuda Indonesia saat itu mampu bergerak meruntuhkan rezim Orde Baru. Kini demi kepentingan bangsa dan negara, menurut Adhyaksa, pemuda harus mementingkan dan memperkuat solidaritas sosial serta meninggalkan sikap individualisme dalam kehidupan berbangsa. ''Sikap jauh dari rasa solidaritas terlihat saat pemilihan kepala daerah. Banyak calon justru tidak menunjukkan rasa kebersamaan sebagai suatu bangsa. Mereka terkadang saling bersaing dan meninggalkan silaturahim di antara mereka.''(Dikutip dari www.kemenpora.go.id)
Benni Matindas, seorang filsuf dan budayawan Minahasa, penulis seribuan halaman buku “Negara Sebenarnya”, yang sering berkhotbah bahwa perkembangan kebudayaan haruslah melalui pembangunan kesenian yang memberi ruang seluas-luasnya untuk eksplorasi kreativitas dan pengembangan intelektualitas, seperti dikutip dalam tulisan Greenhill Weol dan hal itu tidak lepas dari peran generasi muda.
Globalisasi dan perkembangan zaman tak terbendung lagi. Kini IPTEK telah menjamah sampai ke pelosok-pelosok. Disadari bahwa Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sangat dibutuhkan, tetapi dibalik itu ada arus besar yang siap menelan siapa saja yang tidak terproteksi dengan penguasaan IPTEK dan kesiapan Intelektual serta pengaplikasiannya secara tepat dan benar.
Masa depan yang cerah adalah impian semua orang. Bukan tidak mungkin jika impian itu menjadi nyata ketika komitmen “di bawah naungan Merah Putih, Pemuda siap menyatukan kesamaan paham mengenai Wawasan Nusantara atau kepentingan yang sama terhadap rasa Nasionalisme dan rasa cinta terhadap Seni dan Budaya dan juga Cinta Lingkungan Hidup serta elemen-elemen pendukungnya tanpa melanggar kepentingan umum dan atau peraturan yang berlaku yang ditetapkan oleh Pemerintah”.
“Give me a little place to stand, and I will remove the world”. – Archimedes

0 komentar: