BANGUNLAH PEJUANG MINAHASA

| 0 komentar

Karya : Frisky Tandaju

Bangun …
Bangunlah Pejuang Minahasa
Sebab kisah leluhur kita
Kini dianggap tabu
Untuk didengar keturunan kita

Bangun …
Bangunlah Pejuang Minahasa
Sebab tanah kita berduka
Ketika cucuran darah kita
Bercampur limbah dunia serakah

Bangun …
Bangunlah Pejuang Minahasa
Sebab anak – anak kita malu
Terus dilacuri dan diracuni
Oleh budak-budak Pornografi

Bangun …
Bangunlah Pejuang Minahasa
Sebab cucu – cucu kita bermimpi
Dikutuk sebagai rasis oleh kaum religis
Dengan cara teroris

Bangun …
Bangunlah Pejuang Minahasa
Sebab kami juga berjuang untuk Bangsa kita
Sebab mereka juga berjuang untuk tanah kita
Sebab kita bejuang untuk MINAHASA

Muda Minahasa bangkitlah ! DARI DEKLARASI PINAWETENGAN MUDA

Budaya adalah segala hasil cipta, rasa dan karsa manusia baik yang berwujud ideal atau yang di pikirkan maupun material atau yang telah di lakukan/diciptakan manusia. Kebudayaan mempertegas arti tentang kehidupan manusia baik di masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang tidaklah lepas dari suatu budaya yang terus berproses seiring perubahan zaman. Tahun masehi kini telah dilewati dengan 2008 kali berganti, ini adalah suatu masa yang panjang bagi manusia untuk memikirkan maupun menciptakan sesuatu di masanya maupun masa yang akan datang, dengan kata lain bahwa kebudayaan saat ini merupakan suatu kelanjutan dari proses kebudayaan di masa lalu yang termanifestasi.
Dasar pemikiran mengenai proses kebudayaan ini telah membawa sekelompok generasi muda dari Pinabetengan pada suatu pernyataan komitmen mengenai kebudayaan yang dilakukan dengan sadar menuju perubahan yang lebih baik di masa kini maupun di masa yang akan datang dengan bercermin pada masa lampau. Pernyataan kesadaran ini di buktikan dengan dideklarasikannya Pinawetengan Muda Gerakan Sadar Kebudayaan di Watu Pinawetengan pada hari Minggu tanggal 9 November 2008. Watu Pinawetengan dipilih sebagai tempat pendeklarasiannya dengan pemahaman bahwa tempat tersebut adalah tempat dimana para leluhur mengadakan pertemuan dalam mengikrar janji “maesa” bagi tanah Minahasa yang kemudian dibagi untuk beberapa suku namun tetap satu bangsa Minahasa. Pelaksaan deklarasi Pinawetengan Muda ini dihadiri oleh tokoh – tokoh muda Minahasa diantaranya Angga S (Direktor Theater UNGU UNIMA), Freddy Wowor (Dosen Fakultas Sastra UNSRAT), Alfrits “Ken” Oroh (Direktor Congregational Theater Center KGPM), Chandra D. Rooroh (Paimpuluan ni Tonsea), Greenhill Weol (Aliansi Masyarakat Adat Minahasa), Matulandi Supit (Sekjen Majelis Adat Minahasa), Calvein Wuisan (Theater Teknik UNIMA), Rendy (Sanggar Dodoku Wuwuk), Charly Samola (Penyair dan Perupa dari Minut). Beragam kesan dijadikan petuah bagi Pinawetengan muda dalam menjalankan Gerakan ini yaitu bagi Desa Pinabetengan, dan bagi Minahasa.
Nama Pinawetengan Muda dan selogan Gerakan Sadar Kebudayaan didasarkan pada rasa cinta kepada Tuhan, rasa cinta kepada orang lain, dan rasa cinta kepada para Leluhur. Rasa cinta kepada Tuhan merujuk pada kesadaran akan manusia yang sejatinya adalah ciptaan Tuhan dan akan kembali kapada Tuhan. Rasa cinta kepada Tuhan juga memberi pengertian akan rasa cinta kepada segala ciptaanNya termasuk mahluk hidup berupa Hewan, Lingkungan hidup dan alam sekitar.
Rasa cinta kepada orang lain merujuk pada kesadaran akan harkat hidup manusia sebagai mahluk sosial yang tak bisa lepas dari orang lain. Hal ini juga menjelaskan akan penghargaan terhadap manusia lain yang juga memiliki hak – hak asasi, yang menuntut kita memperlakukan orang lain seperti kita ingin diperlakukan.
Rasa cinta kepada Leluhur merujuk pada kesadaran akan keberadaan kita saat ini juga tak lepas dari hasil kebudayaan di masa lampau. Hal ini di aplikasikan melalui penghargaan terhadap tempat peninggalan Leluhur maupun benda – benda bersejarah yang perlu dilestarikan termasuk juga ajaran – ajaran yang telah diwariskan. Penghargaan terhadap warisan leluhur dengan pemaknaan kita terhadap warisan tersebut sesuai dengan masa sekarang ini misalnya berziarah ke Watu Pinawetengan dan ke Waruga dengan tujuan bahwa pada masa lampau leluhur Minahasa adalah kreatif dan intelek yang telah berhasil menciptakan atau membuat benda yang mampu melewati zaman untuk dikenal dan di jadikan Identitas Bangsa Minahasa pada masa kini. Hal itu patut dijadikan contoh bagi orang muda Bangsa Minahasa sekarang ini. Pelestarian akan ajaran – ajaran warisan leluhur contohnya penggunaan bahasa daerah di kehidupan sehari – hari yang disadari bahwa dengan tuntutan perkembangan zaman telah memaksa kita untuk mengetahui bahasa – bahasa yang digunakan oleh masyarakat global dan menggeser nilai dan penggunaan bahasa daerah. Penggunaan bahasa daerah sebagai Identitas orang Minahasa tak kalah penting sebab bahasa daerah dengan dialek yang khas menunjukkan pula jati diri Minahasa.
Pinawetengan Muda merupakan ide dari sekelompok generasi muda dari Desa Pinabetengan yang berkumpul dengan sadar untuk membentuk suatu Gerakan kebudayaan. Penggiat Budaya muda dari Desa Pinabetengan yang mempelopori gerakan ini adalah Hendra Tandaju, Raymoon Wowiling, Frisky Tandaju, Roy Nayoan, Frits “Boncu” Singal, Joulen Kawulur, Ivan Kawulur, dan beberapa pemuda. Sebelum dideklarasikan, Pinawetengan Muda telah melakukan beberapa kegiatan seperti Ekspedisi Cagar Budaya di wilayah Minahasa dengan mengunjungi Waruga Mawale Pinabetengan, Waruga Tompaso, Waruga Sonder, Waruga Toar Lumimuut di Palamba, Batu lisung di Makalisung Minut, Batu Siow Kurur di Minut, Cagar budaya Rimbing di Amurang Minsel, dan juga beberapa tempat cagar budaya seperti Kumpulan Waruga Treman dan sekitarnya di Minut. Kegiatan lain yang telah dilakukan Pinawetengan Muda adalah Minahasan Explore I yaitu menelusuri pegunungan bagian utara Gunung Soputan dengan berjalan kaki melewati titik – titik dari Pinabetengan – Kawangkoan – Kayuuwi – Tombasian Atas – Tombasian Bawah – Ranolambot – Kotamenara Baru – Kotamenara Tua – Base camp Pinus Soputan – Toure – Pinabetengan. Baru – baru ini juga Pinawetengan Muda turut terlibat dengan berbagai kelompok masyarakat Minahasa untuk menyatakan sikap penolakan terhadap ditetapkannya Undang Undang Pornografi. Acara ini dikoordinasi oleh Majelis Adat Minahasa yang kemudian rekomendasinya telah dipublikasikan di berbagai media di Sulawesi Utara dan Nasional. Dalam mempublikasikan Pokok pikiran, hasil diskusi dan laporan hasil, Pinawetengan Muda telah membuat sebuah website yang beralamat di : www.pinawetengan-muda.blogspot.com, e-mail : pinawetengan.muda@gmail.com
Pinawetengan Muda kini melaksanakan pertemuan rutin bulanan setiap tanggal 9 bertempat di Watu Pinawetengan. Hingga sekarang telah dilaksanakan tiga kali pertemuan sejak September 2008 lalu dengan dihadiri oleh tokoh – tokoh muda Minahasa diantaranya Denny Pinontoan (Dosen Fakultas Theologia UKIT YPTK), Ricson Karundeng (Dosen Fakultas Theologia UKIT YPTK) keduanya adalah Wartawan Sulut Link, Freddy Wowor (Dosen Fakultas Sastra UNSRAT), Chandra D. Rooroh (Paimpuluan ni Tonsea), Greenhill Weol (Aliansi Masyarakat Adat Minahasa), dan anggota dari Pinawetengan Muda.
Rencana kerja yang diprogramkan setelah deklarasi ini adalah Pelatihan – pelatihan pengembangan minat dan bakat generasi muda pinabetengan, Ekspedisi Batas terluar Pinabetengan dengan penanaman pohon produktif, Pendirian tugu “Manguni” Desa Pinabetengan Utara, dan Minahasan Explore II sebagai kelanjutan dari Minahasan Explore I yang kesemuanya itu sebagai agenda 2009.
Tujuan dari Pinawetengan Muda adalah sebagai wadah kebersamaan Generasi Muda Desa Pinabetengan maupun dari luar Desa Pinabetengan untuk pengembangan minat dan bakat, pengembangan semagat organisasi, Kreatifitas dan Intelektualitas, peningkatan kegiatan – kegiatan generasi muda yang berdimensi Panca Sadar (Sadar Ketuhanan, Sadar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Sadar Seni Budaya, Sadar Lingkungan, Sadar Identitas), wadah meningkatkan rasa solidaritas antar generasi muda, serta menunujang seluruh Program Pemerintah yang berwawasan kebudayaan.
Disadari bahwa usaha menyatukan kesamaan paham mengenai kesadaran kebudayaan yang didasarkan pada rasa cinta kepada Tuhan, rasa cinta kepada orang lain, dan rasa cinta kepada para Leluhur tidaklah mudah, karena itu dibutuhkan dukungan dari semua pihak terkait dalam meningkatkan semangat kompetensi generasi muda menghadapi berbagai tantangan masa depan. Tuhan kiranya memberkati usaha dari niat yang tulus membangun tanah Minahasa tercinta ini.
I Jajat U Santi

Foto desa Pinabetengan

| 0 komentar




Peta Wilayah dan peta desa Pinabetengan

| 0 komentar


MISSING LINK LELUHUR MINAHASA

| 0 komentar


Berawal dari cerita rakyat yang mengungkapkan bahwa terdapat kehidupan manusia purba Minahasa dan adanya informasi masyarakat sekitar tentang keberadaan situs waruga yang berada disebelah barat daya desa Pinabetengan, tepatnya di perkebunan Mawale, diantara desa Pinabetengan dan desa Kanonang.
Kemudian dengan mulai melakukan pencarian data dan fakta yang diperlukan untuk menemukan yang hilang dari Kebudayaan Minahasa. Berlanjut dengan mempertanyakan tentang keberadaan situs tersebut yang ternyata tidak masuk dalam data base situs purbakala di Sulawesi Utara. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan situs tersebut yang rusak, tidak terawat, dan tidak dilindungi. Artinya bahwa keberadaannya tidak dalam pengawasan pihak terkait. Ironisnya baik masyarakat maupun pihak terkait terkesan tidak peduli dengan keberadaan situs tersebut. Memang benar bahwa peninggalan – peninggalan seperti waruga dan batu bertulis seperti itu kini hanyalah sebuah simbol untuk di kenang oleh masyarakat pada jaman ini namun yang perlu kita renungkan bersama bahwa pada masa lalu, para leluhur tanah MINAHASA telah menciptakan sebuah benda ataupun meninggalkan tanda – tanda yang dapat melintasi zaman untuk di kenang di masa sekarang ini.
Keberadaan waruga – waruga itu merupakan bukti nyata bahwa pernah ada sekelompok orang yang adalah Suku MINAHASA dan tinggal di sekitaran situs. Persoalannya adalah siapakah orang – orang itu. Dari penelusuran kami, ditemukan bahwa dari sisa – sisa waruga di sana tidak memiliki banyak ornament – ornament seperti waruga lain yang ada di tempat lain. Begitu juga dengan motif ukiran pada tutup waruga yang masih berupa ukiran gambar – gambar dan bukan bentuk patung pahatan. Kami menyimpulkan sementara bahwa waruga – waruga tersebut lebih tua dari waruga – waruga yang ada di tempat lain.
Disekitaran tempat dimana waruga – waruga itu berada, kami juga menemukan sebuah batu bertulis yang tulisannya mirip dengan tulisan di Watu Pinawetengan. Apakah Batu itu ada hubungannya dengan Watu Pinawetengan? Hal itu masih dalam penelitian kami.

AGAMA DAN KEPERCAYAAN TRADISIONAL

AGAMA

Agama yang dianut oleh masyarakat Pinabetengan adalah agama yang diakui oleh Pemerintah Negara Indonesia :

  1. Agama Kristen Protestan.
    GMIM ( Gereja Masehi Injili di Minahasa )
    KGPM ( Kerapatan Gereja Protestan Minahasa )
    GSJA ( Gereja Sidang Jemaat Allah )
    GPDI ( Gereja Pantekosta di Indonesia )
    GMAHK ( Gereja Masehi Advent Hari Ke-Tujuh )
  2. Agama Kristen Katolik
KEPERCAYAAN


Kepercayaan terhadap roh orang yang sudah mati (mistis) animisme, tetapi sekarang ini sudah tidak ada lagi. Dan kalau menurut tua-tua desa ada beberapa kepercayaan yang dulunya pernah di anut oleh orang Pinabetengan, dimana mereka pecaya bahwa:

  • Bersin untuk orang yang akan melakukan perjalanan kalau ada yang bersin dari belakang itu menandakan ada sesuatu yang kurang baik, kalau bersin dari muka itu menandakan harus cepat melangkah.
  • Bunyi burung pada waktu malam.
  • Bunyi burung manguni sebanyak sembilan kali yang bernada tetap `kik` pertanda baik, tetapi kalau bunyi satu kali `kik` dimuka pertanda ada bahaya.
  • Bunyi burung Kokosit (burung hantu) yang nadanya `sit` menandakan ada pencuri, dan bila bunyi biasa-biasa saja pertanda akan turun hujan.
  • Bunyi burung kokow yang lewat di tengah kampung, menandakan ada tokoh masyarakay desa yang menunggal.
  • Bunyi ayam jantan berkokok pada waktu malam menandakan ada orang sakit yang meninggal.
  • Bunyi ayam betina berkokok pada waktu malam menandakan ada pencuri atau ada yang menderita sakit payah.

Semua bentuk kepercayaan yang tersebut diatas pada saat sekarang ini sudah ditinggalkan dengan adanya pembinaan dari pihak gereja dan pendidikan.

Sumber data : Raymoon R.S. Wowiling, S.Sos
Dalam skripsinya : Budaya Birokrasi dan Kinerja Aparatur Pemerintahan Desa di Kecamatan Tompaso, Kabupaten Minahasa dalam implementasi Otonomi daerah. FISIP UNSRAT 2002
Editor : *Pinawetengan-muda.blogspot.com

ADAT ISTIADAT

PERKAWINAN

Diawali dengan percakapan antara kerdua sejoli lalu pemuda melamar si pemudi dengan istilah sumaru ( menghadap ) orang tua dari pihak wanita.
Orang Tua si pria dengan kaum keluarganya mengunjungi keluarga wanita dan bermusyawarah, percakapan dengan kedua belah pihak keluarga dengan memakai juru bicara ( wakil dari keluarga ). Istilah tumuruk ( mengantar harta ) dan merencanakan tumulis dihadapan pemerintah desa untuk melaksanakan pengakuan bersama dari kedua calon suami isteri disaksikan oleh oeang tua sebelah menyebelah dilanjutkan dengan pelaksanaan pengumuman nikah di gereja sesuai dengan agama yang dianut oleh mereka dalam waktu satu atau dua minggu sesudah tulis nama.
Kemudian diadakan perhelatan/acara pesta diikuti dengan pemberkatan nikah. Sesudah acara di rumah mempelai wanita dilanjutkan dengan acara di rumah mempelai pria. Istilah hentar dimana pengentin wanita dijemput mempelai pria bersama orang tua dan kaum keluarga ke rumah mempelai pria untuk acara jamuan seperti yang dilaksanakan di rumah keluarga wanita, dan biasanya sehari sesudah di tempat wanita. Istilah sando diakhiri dengan keluarga, wanita menjemput alat-alat dapur yang sudah disediakan oleh kaum keluarga pengantin wanita yang biasa disebut dengan muwit im pe`in.
Minggu pertama sesudah perkawinan, kaum keluarga kedua belah pihak dari pengantin baru ikut bersama-sama keluarga yang baru untuk berbakti di rumah gereja atau orang pinabetengan biasa menyebutnya dengan balas gereja.

KEDUKAAN

Sebagai tanda bahwa ada yang meninggal dibunyikan tambur oleh Pemerintah Desa. Tetapi sesuai perkembangan sekarang ini maka bila ada yang meninggal akan disampaikan melalui pengeras suara di tiap dusun-dusun atau di tiap jaga-jaga dampai menjangkau ke seluruh masyarakat, dan juga dibunyikan lonceng Gereja.
Setelah diketahui ada yang meinggal, maka masyarakat segera berbondong-bondong menuju ke tempat kedukaan untuk menyaksikan/melihat dari dekat terutama para sanak saudara keluarga. Dan bersama anggota keluarga, masyarakat yang pergi ke tempat kedukaan langsung bergotong royong membuat bangsal (sabuah) bagi kaum lelaki dan bagi kaum wanita mempersiapkan tempat untuk membaringkan jenazah dan yang lainnya mempersiapkan konsumsi.
Keluarga yang sedang berduka memakai pakaian warna hitam dan khusus untuk wanitanya memakai ikat kepala yang warnanya putih atau hitam. Sebelum jenazah dikuburkan, pada malam harinya saat menjaga jenazah biasanya masyarakat berkumpul untuk menghibur keluarga yang berduka dengan acara kebaktian (ibadah) dilanjutkan dengan acara rekreasi hingga hari menjelang pagi (semalam suntuk).
Dalam hal upacara pemakaman awalnya dimulai dirumah keluarga yang berduka dengan serangkaian upacara religi/keagamaan (menurut agama kristen) kemudian dilanjutkan dengan ritual diladang pekuburan dengan serangkaian upacara keagamaannya. Upacara keagamaan ini diprakarsai oleh pemerintah dan pimpinan golongan agama di desa.
Seminggu sesudah peristiwa kematian, tepatnya hari minggu semua anggota kelurga yang ada hubungan saudara/famili dengan yang meninggal pergi beribadah di gereja sesuai dengan agama yang dianut oleh almarhum/ah yang disebut dengan istilah minggu pangasih (mingguan). Selanjutnya dilanjutkan dengan ibadah dirumah keluarga yang berduka yang dipimpin oleh Badan Kerja Sama Umat Beragama (BKSAUA). Pada acara tersebut diisi oleh rukun-rukun dalam membantu keluarga yang berduka berbentuk dana sosial (mapalus uang) dan peranan pemerintah dalam soal sosial duka diperankan oleh kepala urusan kesejahteraan rakyat (Kaur Kesra).

MENDIRIKAN RUMAH

Sebelum sebuah rumah didirikan, terlebih dahulu dilakukan satu acara ritual tumotol atau peletakan batu pertama sebagai tanda atau dasar akan dibangunnya sebuah rumah.
Setelah rumah tersebut selesai dibangun, maka dilaksanakanlah sebuah acara syukuran naik rumah baru atau dalam masyarakat Pinabetengan dikenal dengan istilah sumolo dan rumambak. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan sumembong (saling bantu/tolong menolong).

MAPALUS

Kebiasaan ini adalah satu kegiatan dalam hal tolong menolong untuk mengerjakan suatu pekerjaan seperti dalam pertanian dan pekerjaan lainya contoh: untuk pertanian mulai dari memetik hasil tani hingga mengeluarkan hasil panen dari kebun/sawah ke rumah. Dan untuk pekerjaan lain seperti memindahkan rumah (ada kalanya rumah diangkat dan dipindahkan tanpa dibongkar khususnya jenis rumah dengan bahan baku dari bambu/kayu) itu dilakukan hingga selesai dan itu semua akan diakhiri dengan syukuran keluarga yang berbentuk ramah tamah.


Sumber data : Raymoon R.S. Wowiling, S.Sos
Dalam skripsinya : Budaya Birokrasi dan Kinerja Aparatur Pemerintahan Desa di Kecamatan Tompaso, Kabupaten Minahasa dalam implementasi Otonomi daerah. FISIP UNSRAT 2002
Editor : *Pinawetengan-muda.blogspot.com

SEJARAH PEMERINTAHAN


SEJARAH PEMERINTAHAN
JOHANES NELWAN (1904 – 1912).
Menjadikan desa Pinabetengan sebagai desa Teladan di Minahasa pada tahun 1906.
Mendirikan gereja GMIM dan gereja RK serta sebuah sekolah darurat (bangunan semi permanen)
Pernah menjadi tempat pembinaan hukum tua se Minahasa.
Membuat bendungan Rano ing Kasuruan, yang mengairi bagian timur dan sebelah selatan desa Pinabetengan.
SEBASTIAN UMBOH (1912 – 1946)
Mendirikan gilingan padi dengan tenaga air sungai maasem.
Membangun 2 buah bendungan air sungai (1 diujung persawahan dan 1 di tengah persawahan)
Membangun gedung sekolah semi permanen (Zending).
Pada masa pemerintahan Ogem memasang listrik masuk desa.
WILIAM MEWENGKANG (1946 – 1950)
Mendirikan usaha sosial.
Mendirikan koperasi konsumsi.
Membuka perkebunan pinaras dan kinali.
Membuat pembulu air dari bahan bambu.
Mendirikan pasar desa yang berkedudukan di halaman SD GMIM (sekarang sudah tidak ada lagi).
Membangun gereja GMIM.
PAUL B. UMBOH (1950 – 1955)
CHARLIS SINGAL (1955 – 1958)
Mendirikan gedung SD GMIM tujuh bilik semi permanen.
Pjs.HUKUM TUA – E.C. MUSAKH (1959)
Pjs.HUKUM TUA – W.A. TANDAJU (1959 – 1963)
Mendirikan koperasi tani, koperasi konsumsi dan peternakan.
FREDRIK SONDAKH (1963 – 1977)
Pengadaan pekarangan / kintal balai desa dan poliklinik, serta mendirikan balai desa darurat.
Membuat jembatan maasem dan leput (gorong-gorong) desa.
Mendirikan organisasi sosial (koperasi SP) LSD.
F.H.T. UMBOH (1977 – 1981)
Pengadaan kintal SD Inpres.
Pjs.HUKUM TUA – W.A. TANDAJU (1981 – 1982)
Menghadapi pemilu 1982 dan pemilihan kades.
R. A. MEWENGKANG (1982 – 1990)
Melaksanakan proyek air minum (sebagai awal tugasnya).
Mendirikan kantor balai desa.
Memenangkan lomba desa tingkat propinsi se sulawesi utara.
Membangun KUD (Koperasi Unit Desa) Mawale.
Membeli / membebaskan halaman SMP LKMD dengan Lapangan desa.
Mendirikan bangunan bilik SMP LKMD dengan 3 ruang belajar.
Membentuk dana sosial duka.
Pjs.HUKUM TUA – J. A. KALANGI dan H. TUMIWA (1990 – 1993)
Keduanya adalah staf kecamatan Tompaso, oleh pemerintah tingkat kecamatan untuk mempersiapkan pemilihan kepala desa Pinabetengan.
Ny. MAGDALENA LUMINTANG-PAENDONG (1993 – 2001)
Merehabilitasi waserda dan kantor KUD Mawale.
Memperbaiki jembatan maasem.
Pembuatan tanggul lajur timur dijalan utama.
Perluasan dan rehab gedung balai pertemuan desa.
Membuka jalan baru yang menghubungkan antara desa Pinabetengan dan desa Talikuran yang terletak di sebelah utara desa melewati PLN.
Memperjuangkan pengaspalan jalan, dari jalan pacuan kuda menuju cagar budaya Watu Pinawetengan dan keberhasilannya pada tahun 1999.
Drs, DJELLY PANTOW (2002 - 2006)
Perbaikan jalan jalur belakang desa dan jalan ke Watu Pinawetengan.
Mengusahakan kerjasama dalam proyek rekonstruksi jembatan maasem.
Pengadaan pos kambling di tiap jaga.
Mengusahakan pengadaan SMU di desa Pinabetengan.
Mengusahakan kerjasama pengadaan air dengan PDAM Sulut.
Pjs. STEVIE KOLOMPOY (2006 - 2007)
Mempersiapkan pemilihan Hukum Tua
NOLLY V. PORAJOW (2007 – Sekarang)
Pembuatan sarana air bersih 4 buah
Pengukuran tanah wilayah Desa secara Massal

Sumber data : Raymoon R.S. Wowiling, S.Sos
Dalam skripsinya : Budaya Birokrasi dan Kinerja Aparatur Pemerintahan Desa di Kecamatan Tompaso, Kabupaten Minahasa dalam implementasi Otonomi daerah. FISIP UNSRAT 2002
Editor : *Pinawetengan-muda.blogspot.com

SEJARAH DESA PINABETENGAN


SEJARAH DESA PINABETENGAN
ASAL USUL DESA PINABETENGAN
Mula-mula daerah desa ini masih merupakan kawasan hutan. Kemudian ada beberapa orang tua yang berasal dari desa talikuran Tompaso antara lain: Yohanis Pantow, Willem Singal, Samuel Turangan, albert Tamunu, dan Hendriek Soleran, melalui musyawarah masyarakat untuk merombak kawasan hutan yang ada pada kedudukan desa sekarang. Mereka merombak hutan pada bulan Agustus tahun 1898.
Melihat keadaan tempat yang ternyata baik untuk dijadikan daerah pemukiman atau perkampungan, maka kepada Pemerintah Desa Talikuran Tompaso bersama dengan Ferdinand Kawalo sebagai Tonaas (Pemimpin adat) mengjukan permohonan sesudah mereka bermusyawarah. Permohonan tersebut langsung disetujui oleh pemerintah.
Tonaas Ferdinad Kawalo menyuruh sebelum membuka pemukiman desa yang baru supaya berkunjung dulu ke Watu Pinawetengan untuk mendengar bunyi burung manguni yang baik. Rombongan berangkat pada suatu malam bulan oktober 1898. Dalam pelakasaan tugas mereka Tonaas langsung mendengar bunyi suara burung Manguni (kik) satu kali, maka Tonaas langsung mematahkah lidi satu kali. Ketika bunyi suara burung Manguni telah berlaku Sembilan kali, maka menurut pendapat Tonaas tanda ini merupakan pertanda yang amat baik. Saat itu juga rombongan langsung kembali dengan membawa lidi Sembilan patah, dan terus menuju ke tempat yang dimaksud. Tonaas memasukkan lidi Sembilan patah tersebut pada Sembilan tabung bamboo yang sudah disiapkan, selanjutnya tabung bambu itu dimasukkan kedalam batu yang sudah disiapkan, kemudian di tanam.
Pada keesokan harinya Pemerintah bersama tonaas dan tua-tua kampung menanam patok jalan dan patok kintal maka menurut tonaas, kampung yang baru ini diberi nama Pinabetengan, sesuai dengan tempat mereka mendengar bunyi suara burung Manguni di Watu Pinawetengan.
Demikianlah asal usul berdirinya desa Pinabetengan. Desa Pinabetengan didirikan pada Agustus 1898 dan mendapat pengakuan secara teritorial.
ARTI NAMA
Pinabetengan berasal dari kata “Weteng” yang artinya bahagi. Awalan “Pina” dan akhiran “An” menyatakan tempat. Jadi “Pinabetengan” artinya tempat pembagian. Perubahan huruf W menjadi B diakibatkan oleh awalan “Pina” tersebut.
SEJARAH PENDIDIKAN
Pada tahun 1900 dibuka sekolah rakyat 3 tahun yang diselenggaralam oleh NZG yang disebut Nerderland Zending Genootchap. Kepala sekolah ialah Israel Mumekh dan pembantunya Johanes Kawulur, kemudian Mumekh pindah ke Kanonang dan digantikan oleh Alanos Salaki.
Pada tahun 1903 sekolah tersebut mulai mendapat subsidi dari pemerintah. Pada tahun 1923 dibuka SR RK dengan kepala sekolahnya ialah G.J. Mewegnkang. Tahun 1968 didirikanlah TK GMIM (Asuhan dari Kaum Ibu GMIM). SD Inpres didirikan pada tahun 1979, sedangkan untuk SMP LKMD Pinabetengan nanti didirikan pada tahun 1988, kemudian menjadi SMP Negri 2 Tompaso. Dan sekarang telah didirikan pula SMA Pinabetengan oleh swadaya masyarakat.

KIAPA RE’EN

| 0 komentar

Karya : Hendra Ch. Tandaju

Kita bicara...................

Kita badiam ................

Kita ba gra...................

Kita nda mucul ...........

Kalu nda cocok deng ngana pe mau

Ngana pasti bilang

Kiapa re’en .....................................

Orang Manado pasti tatawa

Orang Manado pasti langsung kenal

Orang Manado tau kita dari gunung

Orang Manado langsung mo ba tamang

Kalu kita mo bilang

Kiapa re’en ....................................

Ngoni pasti bingo

Ngoni pasti penasaran

Ngoni pasti musti mo baca

Kalo kita beking puisi

Dia pe judul

Kiapa re’en .................................

GREM

| 0 komentar

Karya : Hendra Ch. Tandaju

Ngana bentuk pe kacili

Ngana pe isi pe sadiki

Ngana kebanyakan dari glas

Ngana bole ja isi di popoji

Ngana pasti ada di warong-warong

Kalu mo ba pancing sadiki

Dorang pake pa ngana

Kalu mo beking kukis cucur

Dorang pake pa ngana

Dorang bilang 1 sloki

Dorang bilang pancing harga 1000

Kalu kita bilang

GREMMMMMMMMMMMMMM

ANGGOTA DEWAN

| 0 komentar

Karya : Hendra Ch. Tandaju

Menebar senyum............................

Memberi sumbangan .....................

Mengumbar janji ...........................

Mencari simpati ............................

Berbagai macam cara

Harus kamu lakukan

Berbagai macam trik

Harus kamu upayakan

Demi mendapatkan dukungan

Setelah itu ..............

Kamu disebut sebagai yang terhormat

Kamu disebut sebagai wakil rakyat

Kamu disebut sebagai anggota legislatif

Katanya tugas kamu ...............

Akan sering bertemu dengan rakyat

Membawa aspirasi rakyat

Memperhatikan kebutuhan rakyat

Menjadi alat kontrol eksekutif

Namun.... apa yang kami dapat ?

Nasib kami belum berubah

Jalan kami masih berlubang

Lapangan kerja masih sulit

Kami masih yang dikorbankan

Kesimpulan kami .......

Masihkah kami harus percaya kamu?

Masihkah kami harus menunjang kamu?

Masihkah kami harus mendukung kami?

Masihkah kami harus memilih kamu?

Hilang sudah simpati kami

Hilang sudah kepercayaan kami

Hilang sudah dukungan kami

Mana mungkin kami memilih kamu

Janjimu tinggal janji

Jangankan wajah mulusmu

Punggungmupun saat ini

Tak pernah kelihatan lagi

So i say good bye for you......

TUKANG OJEK

| 0 komentar

Karya : Hendra Ch. Tandaju

Masa remaja telah berlalu

Masa dewasa menanti

Jiwa mandiri siap menanti

Mampukah saya menghadapinya

Lapangan kerja begitu banyak

Persyaratanpun tak kalah banyak

Apa daya ketrampilanku tak banyak

Dan tak mampu bersaing dengan orang banyak

Aku harus tetap hidup

Harus mampu menghadapi jaman

Apapun profesiku

Untuk menjalani kehidupan ini

Motor butut orang tuaku

Lama terparkir digudang tua

Membuat aku terinspirasi

Menunjang hidupku dan orang tuaku

Ketrapilan tunggal yang kumiliki

Kumanfaatkan semaksimal mungkin

Menghindari diri dari sebutan

Orang muda yang pengangguran

Walau harus berteman alam

Cuaca panas maupun hujan

Terbiasa bangun pagi

Demi menjaga langganan tetap

Tukang ojek..................

Profesiku saat ini

Ada banyak sainganku

Dengan motor model terbaru

Aku tidak akan gentar

Apalagi merasa malu

Asal halal dan terhormat

Kujalani hidup penuh keyakinan.

Salam dari Minahasa

| 0 komentar

TOPI

Karya : Hendra Ch. Tandaju

Panas ....... Hujan ........ style ..........

Santai .................. resmi ..................

Tua ................ muda ...........

Laki ..................... perempuan ......................

Ada banyak model

Ada banyak warna

Hargapun bervariasi

Tinggal pilih sesuai selera

Untuk para pejabat

Biasanya ditempel pin kenegaraan

sebagai tanda kewibawaan

Diharuskan untuk dipakai dalam acara resmi

Bahkan yang dimasukkan dalam anggaran belanja

Untuk para kontraktor

Ada warna tertentu sesuai dengan penguasa

Sebagai petunjuk bagi para karyawan

Yang membedakan dengan rakyat biasa

Bahkan menjadi pelindung dari lemparan batu

Untuk para petani

Tidak peduli warna dan model bahkan mulus atau robek

Sebagai modal kerja seharian

Berlindung dari panasnya terik matahari dan air hujan

Demi mendapatkan makan sehari

Topi ...................... nasibmu .................

Selalu berada ditempat tertinggi pada bagian tubuh

Namun sering bau karena jarang dicuci

Itulah sifat manusia

Selalu menganggap yang tertinggi namun tetap bau kalau tidak mandi

RINDU KAMPUNG Karya : Frisky Tandaju

| 0 komentar

Di kampung

Samua orang rupa sudara

Cuma birman kala-kala basudara

Biar nyanda kakak ade

Baku pangge kakak deng ade

Di kampung

Kiri kanan baku tegor

Baku dapa baku hormat

Orang lewat pangge makang

Biar nda kenal pangge ba singga

Di kampung

Helekan sayor baku berbage

Garam deng rica cuma baku minta

Ada kalebean kase pa sudara

Datang kasusaan sudara baku tulung

Di kampung

Skarang so berobah

Sampe sudara lupa sudara

Gara-gara berbage budel

Kakak deng ade baku angka sabel

Di kampung

Orang jaha so lebe banya

Orang lewat ba pajak akang

Ba hormat malam balas deng pemai

Orang nda kenal pukul dulu baru tanya

Di kampung

So nyanda rupa dulu

Gara-gara doi orang lebe gila

Helekan sudara bole orang jual

Apa lagi nyanda sudara

Di kampung

Skarang kasiang kita so rindu

Supaya bole sama deng dulu

Baku malo deng baku hormat

Baku bae deng baku bantu

WAKTU

| 0 komentar

Karya : Frisky Tandaju

Waktu ...

Hadirmu lembut tawarkan asa

Bisikmu lirih manjakan mimpi

Arahmu pasti hancurkan ragu

Waktu ...

Pencipta kagum kala kau datang

Iblis malas kau terkam tiada ampun

Manusia hina kau gilas tak pandang buluh

Waktu ...

Hadirmu datang rebut usia

Bisikmu perih bangunkan mimpi

Arahmu congkak pastikan mati

Waktu ...

Terpujilah penciptamu

Hadirkan kau untuk baik dan jahat

Terkutuklah malasku

Tak mengerti arti hadirmu

Profil Desa Pinabetengan

| 0 komentar


Peta Wilayah & Peta desa Pinabetengan

Luas wilayah administratif Desa Pinabetengan adalah 660 Hektar.

Di Utara berbatasan dengan : Desa Talikuran

Di timur berbatasan dengan : Desa Tonsewer, Desa Talikuran, dan Desa Sendangan.

Di Selatan berbatasan dengan : Bukit Tonderukan

Di barat berbatasan dengan : Desa Kanonang

Struktur Pemerintahan Periode 2007 - 2012

Hukum Tua : Nolly V. Porajow

Sekretaris Desa : Hendra Tandaju, SE


IDENTIFIKASI
Desa Pinabetengan merupakan salah satu desa di Kabupaten Minahasa, yang secara historis adalah pusat dari kebudayaan Minahasa. Oleh karena dikawasan inilah terdapat bukti sejarah peninggalan zaman batu besar (megaliticum) yaitu Watu Pinawetengan. Menurut sejarah, di tempat inilah etnik Minahsa di bagi dalam delapan kelompok subetnik, diantaranya : Tounsea, Tombulu, Tountemboan, Toulour, Tounsawang, Pasan, Ponosakan dan Bantik. Itulah sebabnya disebut Pinabetengan karena mengandung arti tempat pembagian. Secara mitologi tempat ini di angap sebagai tempat yang paling keramat di Minahasa dan sering dikunjungi oleh para peziarah dengan melakukan serangkaian upacara ritual keagamaan di lokasi Watu Pinawetengan. Desa Pinabetengan terletak di Minahasa tengah, Kecamatan Tompaso dan termasuk dalam subetnik Tountemboan.
Karena Desa Pinabetengan termasuk dalam subetnik Tountemboan dengan sendirinya bahasa yang digunakan ialah bahasa Tountemboan. Disamping itu bahasa yang sering digunakan dalam komunikasi antar masyarakat atau dalam interaksi sosial adalah bahasa melayu Manado. Melayu Manado ialah bahasa yang umum digunakan dalam komunikasi antara orang-orang dari sub-sub etnik Minahasa manapun, antara mereka dengan penduduk dari suku-suku bangsa lainnya, baik dalam lingkungan pergaulan kota maupun dalam pergaulan desa. Selain dari dua bahasa tadi, bahasa nasional ( Bahasa Indonesia ) juga digunakan oleh masyarakat desa Pinabetengan dalam acara-acara resmi yang ada hubungannya dengan pemerintahan, upacara-upacara keagamaan (agama kristen, upacara sekitar daur hidup (siklus hidup = kelahiran sampai kematian), dan dalam dunia pendidikan di sekolah-sekolah.

POLA PERKAMPUNGAN
Pola perkampungan di desa Pinabetengan bersifat menetap, dalam arti bahwa suatu desa cenderung tidak berkurang penduduknya atau lengkap ditinggalkan akibat ladang-ladang yang makin jauh. Desa ini merupakan pusat aktifitas sosial dari para penduduknya. Aspek lain dari pola desa di Pinabetengan ialah bahwa kelompok rumah-rumah itu mempunyai bentuk memanjang mengikuti arah jalan. Desa yang mulai menjadi besar, pada sebelah menyebelah jalan dihubungkan dengan jalan-jalan samping untuk masuk lebih ke dalam. Pusat-pusat aktifitas desa seperti aktifitas-aktifitas Gereja, balai pertemuan, puskesmas, sekolah-sekolah (tiga SD, satu SMP dan satu SMA ) dan lainnya tidak terletak pada suatu deretan memanjang pada jalan utama tetapi menyebar.

SARANA TRANSPORTASI
Sarana transportasi darat di dalam menunjang ekonomi rakyat untuk memasarkan berbagai komoditi hasil pertanian paling banyak bersandar pada delman (bendi). Dalam hal menunjang komunikasi antar desa Pinabetengan dengan desa-desa di sekitarnya ditentukan juga olah bendi, disamping kendaraan bermotor seperti sepeda motor dan mobil tetapi hanya terbatas.

MATA PENCAHARIAN
Kebanyakan masyarakat di desa Pinabetengan memiliki mata pencaharian sebagai petani dan peternak. Sebagai petani mereka menanam berbagai macam tanaman seperti jagung, kacang merah, kacang tanah dan tanaman lainnya yang bisa di konsumsi dan bisa dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dalam hal berternak masyarakat desa Pinabetangan juga banyak memelihara ternak seperti kuda, sapi, babi dan ayam. Dan yang merupakan salah satu ternak unggulan adalah kuda, oleh karena selain dipakai dalam alat transportasi bendi (khusus kuda bendi), juga digunakan dalam perlombaan kuda pacu. Dapat dikatakan bahwa kuda-kuda pacu yang sering menjadi juara setiap perlombaan baik ditingkat daerah maupun di tingkat nasional adalah kuda-kuda pacu hasil peternakan di Desa Pinabetengan. Selain sebagai petani dan peternak, ada juga anggota masyarakat yang bermata pencaharian sebagai tukang kayu bangunan (bas) dan sebagian lagi adalah guru dan PNS (tetapi hanya sebagian kecil saja). Untuk tukang kayu bangunan biasanya mereka membuat rumah atau bangunan di dalam ataupun di luar desa. Namun mata pencaharian sebagai tukang kayu bangunan ini hanya merupakan pekerjaan musiman. Dalam hal ini kalau ada pesanan atau proyek yang melibatkan tukang tersebut sambil menunggu panen tiba. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ada juga anggota masyarakat yang pergi berburu di hutan. Dan yang mereka buru atau yang menjadi buruan mereka adalah tikus hutan.

MAKANAN KHAS DESA
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun dalam rangka acara-acara ritual (pesta), hutan merupakan sumber energi maupun materi untuk berbagai kebutuhan penduduk. Berbagai jenis makanan (hewan maupun tumbuhan) untuk keperluan sehari-hari guna memenuhi kebutuhan sehari-hari ataupun kebutuhan suatu pesta bersumber pada hutan. Jenis-jenis hewan/binatang yang dapat di konsumsi oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari atapun suatu acara resmi selain tikus hutan, ada juga babi hutan, ular piton (tua’na), biawak (liwang), ayam hutan, monyet dan kalong (paniki) tetapi jenis-jenis hewan tersebut (kecuali tikus hutan) sudah jarang dikonsumsi karena tergolong langka dan sulit ditemukan (berkurang) di sekitar wilayah hutan di Desa Pinabetengan. Berbagai jenis tumbuhan liar, baik yang terdapat di hutan maupun di sekitar lingkungan-lingkungan fisik lainnya merupakan bahan makanan yang memenuhi kebutuhan sayur-sayuran terutama pangi, paku, jantung pisang, dan rebung. Selain itu enau juga merupakan sumber nira sebagai minuman khas yang terkenal di Minahasa, dan orang biasa menyebutnya dengan “saguer“. Saguer ini pula bisa digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula merah dan Alkohol (cap tikus). Tanaman pohon enau yang menghasilkan saguer ini tumbuh alamiah di hutan maupun di perkebunan milik masyarakat di wilayah Desa Pinabetengan.

PERKAWINAN
Pada umumnya orang Minahasa membenarkan kebebasan orang untuk menentukan pasangan hidup atau jodohnya sendiri (Adam, 1976), walaupun dulu katanya dikenal juga penentuan jodoh/pasangan hidup atas kemauan orang tua sekalipun yang bersangkutan belum saling kenal mengenal (Mandagi, 1915). Tetapi dalam masyarakat desa Pinabetengan dikenal hanya pembatasa jodoh dalam perkawinan ada adat eksogami yang mewajibkan orang untuk kawin diluar famili, ialah kelompok kekerabatan yang mencakup semua anggota keluarga batin dari saudara-saudara sekandung ibu dan bapak, baik laki-laki maupun perempuan beserta semua keluarga batin dari anak-anak mereka.

ADAT MENETAP SETELAH MENIKAH
Dalam masyarakat desa Pinabetengan, adat menetap setelah menikah didasarkan pada adat neolokal (tumampas), yang mengharuskan pengantin baru untuk tinggal pada tempat kediaman yang baru. Pada kenyataan, adat neolokal ini tidak lagi diharuskan, dalam hal ini rumah tangga yang baru terbentuk dapat tinggal di lingkungan kekerabatan pihak suami ataupun pihak istri sampai mereka memperoleh rumah baru.

PRINSIP KETURUNAN
Dasar perwujudan keluarga batin orang Pinabetengan melalui adat perkawinan adalah monogami, dan batas-batas dari hubungan kekerabatan ditentukan oleh prinsip keturunan bilateral, dimana hubungan kakarabatan ditentukan lewat garis keturunan pria maupun wanita. Sedangkan identitas hubungan kekerabatan seseorang dalam kelompok famili ialah nama famili yang biasa disebut “fam” (marga). Nama famili di ambil dari nama famili suami atau ayah tanpa perubahan prinsip keturunan bilateral. Hal ini diperkuat dengan adanya kenyataan penulisan fam (marga) suami dan isteri secara bersama-sama, misalnya pada papan nama yang ditempelkan didepan rumah. Akan timbul suatu masalah identitas famili bila dipasangan suami isteri tidak memiliki anak laki-laki yang akan mendukung fam (marga) dari ayah mereka (kalangi, 1995 : 156)

MAPALUS
Mapalus yang didasarkan pada prinsip Resiprositas (prinsip timbal balik) bukan saja terdapat pada pekerjaan-pekerjaan pertanian, tetapi bagi orang Pinabetengan, mapalus biasa ada dalam berbagai kegiatan penting. Misalnya dalam menghadi ritual-ritual seputar kematian, perkawinan dan serangkaian upacara perayaan lainnya serta dalam kepentingan rumah tangga maupun kamunitas.

RELIGI
Secara resmi orang atau warga masyarakat Pinabetengan telah memeluk agama Kristen Protestan dan Kristen Katholik. Disamping itu juga masih ada beberapa orang yang menganut religi pribumi meskipun mereka sudah memeluk agama Kristen. Kristen Protestan merupakan agama mayoritas, yang terbagi kedalam beberapa dedominasi gereja seperti: GMIM (Gereja Masehi Injili di Minahasa), KGPM (Kerapatan Gereja Protestan Minahasa), GPDI (Gereja Pantekosta di Indonesia), GSJA (Gereja Sidang Jemaat Allah, dan GMAHK (Gereja Masehi Advent Hari Ke Tujuh).


Sumber data : Raymoon R.S. Wowiling, S.Sos
Dalam skripsinya : Budaya Birokrasi dan Kinerja Aparatur Pemerintahan Desa di Kecamatan Tompaso, Kabupaten Minahasa dalam implementasi Otonomi daerah. FISIP UNSRAT 2002

WATU PINAWETENGAN: Antara Mitos dan Realita (Frisky Tandaju)

| 2 komentar

Watu Pinawetengan yang sekarang ini di klaim sebagai pusat kebudayaan Minahasa masih menyimpan banyak misteri. Adalah sebuah tulisan kuno yang terdapat di permukaan batu tersebut, kini mulai diartikan orang beragam. Sayangnya belum ada arti dan dasar-dasar akademisnya. Benarkah tulisan tersebut merupakan tulisan tangan dari leluhur Minahasa atau ada suku terdahulu sebelum Minahasa yang pernah tinggal di tanah ini dan kemudian tersingkirkan seperti suku Aborigin di Australia dan suku Indian di Amerika, atau mungkin hanya guratan-guratan tanpa arti yang di buat oleh orang iseng semata. Faktanya telah dilakukan penelitian demi penelitian demi mengungkap arti tulisan tersebut, tapi belum ada satupun yang dapat menyimpulkan artinya.

Di radius 3 km dari Watu Pinawetengan berada saat ini tidak ditemukan satupun situs sejarah lain yang dapat mendukung bahwa tempat tersebut adalah tempat pembagian ataupun tempat pertemuan. Hanya saja ada tulisan tulisan dari beberapa orang yang bukan asli minahasa dan mungkin dijadikan referensi oleh sebagian orang guna mengartikan guratan-guratan di watu tersebut. Batu meja yang di sebut – sebut sebagai tempat para Dotu berkumpul untuk melakukan musyawarah di kompleks Watu Pinawetengan sendiri tidak jelas posisi dan eksistensinya, dan fakta bahwa tak satupun ditemukan waruga di kompleks Watu Pinawetengan dalam radius tersebut.

Suatu peradaban dimulai ketika manusia, hewan dan tumbuhan hidup dalam suatu lingkungan hidup dan saling melakukan interaksi. Dotu – dotu yang kita ketahui pasti mereka memiliki tempat tinggal atau tempat beristirahat, tempat mengambil air dan tempat mereka beristirahat di akhir hayat yaitu waruga. Jika memang Watu Pinawetengan merupakan pusat Minahasa, pasti akan ada peninggalan di sekitaran Watu tersebut.

Waktu adalah satu faktor penting yang menentukan budaya suatu masyarakat dalam suatu lingkup masa. Kini bukan hal yang mutlak jika orang Minahasa wajib tau akan arti dari tulisan tersebut, terlepas dari benar tidaknya tulisan di Watu itu adalah simbol-simbol penting atau hanya guratan tanpa arti namun terutama bila manusia kini tak mampu mencerna dan menyerap arti pembelajaran yang terkandung di dalamnya. Benar bahwa adalah suatu hal yang tragis bila kita tak tau akan sejarah masa lalu tetapi adalah lebih tragis lagi bila masa lalu yang seharusnya menjadi motivasi dalam pengenalan identitas diri diterapkan mentah-mentah ke masa kini. Terlebih, memahami sejarah yang tertuang dalam suatu simbol memerlukan kedalaman dan kejernihan batin setiap pribadi. Dengan arti lain, simbol-simbol peninggalan sejarah seharusnya bisa membuat manusia lebih bijak dalam bersikap, terutama saat menjalani kehidupan. Dan bukan justru membelenggu manusia ke dalam romantisme kehidupan masa lampau yang tidak produktif. Contonya pagelaran Seni Budaya yang dilaksanakan di Watu Pinawetengan baru-baru ini dilaksanakan secara ritus tetapi sebenarnya masyarakat Minahasa sekarang ini tidak lagi melakukan ritual seperti itu. Ritus seperti itu sebenarnya dilakukan oleh sekelompok orang yang hanya memanfaatkan budaya dan leluhur demi keuntungan pribadi semata.

Revolusi budaya kini telah terjadi di Minahasa, dimana seiring dengan berjalannya waktu, banyak sudah kebudayaan Minahasa yang terkontaminasi oleh budaya luar contohnya kebudayaan asli seperti tari maengket kini telah menjadi cha-cha, klarinet kini telah menjadi band, dan hal itu adalah wajar karena sebenarnya daerah yang multi kultur ini sangat terbuka dengan perubahan. Adalah hal penting yang perlu kita sadari bersama bahwa semangat masa lalu adalah titik tumpu, semacam fondasi ketika kita membangun rumah, untuk menjangkau masa depan dan Identitas Orang Minahasa adalah keterbukaan dalam menyambut perubahan dan semangat Mapalus dalam mencapai tujuan bersama.

I Jajat U Santi

ORANG KAMPUNG (karya Frisky Tandaju)

| 0 komentar

Sayor popaya deng dabu dabu

Nasi milu deng ubi kayu

Sayor rubus isi di bulu

Orang kampung nyanda bolotu

Bawa bekal milu songara

Mar nyanda lupa for mo skola

Mama deng papa kurang maraya

Yang penting anak jadi sarjana

Orang kampung...

Pigi kobong masi glap glap

Pulang kobong hari so glap

Se skola anak deng dada tegap

Asal nyanda hasil suap

Makase banya so dengar akang

Kita ini cuma orang kampung

Yang pastiu cuma merenug

Lebe bae bangun tu kampung

PINABETENGAN NYANDA MATI (karya Frisky Tandaju)

| 1 komentar

Masa so berganti

Pinabetengan nyanda mati

Nyanda cuma ganti kuli

Pinabetengan harga mati

Cuma besar deng nasi milu

Pinabetengan nda pernah malu

Dunia so datang deng era baru

Pinabetengan nda ragu-ragu

Pulang kampung gantong capatu

For mo sambut tu hari baru

Pinabetengan musti maju

Nyanda Cuma baganti baju

Kalo datang bulan desember

Cuma bete dengan saguer

Dari pada Cuma for pamer

Nentau kote orang koruptor

Jangan ragu bangun tu kampung

Masi banya tana di gunung

Biar makang nda nasi gunung

Asal nyanda utang malendong

Pinabetengan tanah lahirku

Nyanda cuma sampe bakuku

Mari samua baku beking maju

Torang samua nda cuma batu