WATU PINAWETENGAN: Antara Mitos dan Realita (Frisky Tandaju)

|

Watu Pinawetengan yang sekarang ini di klaim sebagai pusat kebudayaan Minahasa masih menyimpan banyak misteri. Adalah sebuah tulisan kuno yang terdapat di permukaan batu tersebut, kini mulai diartikan orang beragam. Sayangnya belum ada arti dan dasar-dasar akademisnya. Benarkah tulisan tersebut merupakan tulisan tangan dari leluhur Minahasa atau ada suku terdahulu sebelum Minahasa yang pernah tinggal di tanah ini dan kemudian tersingkirkan seperti suku Aborigin di Australia dan suku Indian di Amerika, atau mungkin hanya guratan-guratan tanpa arti yang di buat oleh orang iseng semata. Faktanya telah dilakukan penelitian demi penelitian demi mengungkap arti tulisan tersebut, tapi belum ada satupun yang dapat menyimpulkan artinya.

Di radius 3 km dari Watu Pinawetengan berada saat ini tidak ditemukan satupun situs sejarah lain yang dapat mendukung bahwa tempat tersebut adalah tempat pembagian ataupun tempat pertemuan. Hanya saja ada tulisan tulisan dari beberapa orang yang bukan asli minahasa dan mungkin dijadikan referensi oleh sebagian orang guna mengartikan guratan-guratan di watu tersebut. Batu meja yang di sebut – sebut sebagai tempat para Dotu berkumpul untuk melakukan musyawarah di kompleks Watu Pinawetengan sendiri tidak jelas posisi dan eksistensinya, dan fakta bahwa tak satupun ditemukan waruga di kompleks Watu Pinawetengan dalam radius tersebut.

Suatu peradaban dimulai ketika manusia, hewan dan tumbuhan hidup dalam suatu lingkungan hidup dan saling melakukan interaksi. Dotu – dotu yang kita ketahui pasti mereka memiliki tempat tinggal atau tempat beristirahat, tempat mengambil air dan tempat mereka beristirahat di akhir hayat yaitu waruga. Jika memang Watu Pinawetengan merupakan pusat Minahasa, pasti akan ada peninggalan di sekitaran Watu tersebut.

Waktu adalah satu faktor penting yang menentukan budaya suatu masyarakat dalam suatu lingkup masa. Kini bukan hal yang mutlak jika orang Minahasa wajib tau akan arti dari tulisan tersebut, terlepas dari benar tidaknya tulisan di Watu itu adalah simbol-simbol penting atau hanya guratan tanpa arti namun terutama bila manusia kini tak mampu mencerna dan menyerap arti pembelajaran yang terkandung di dalamnya. Benar bahwa adalah suatu hal yang tragis bila kita tak tau akan sejarah masa lalu tetapi adalah lebih tragis lagi bila masa lalu yang seharusnya menjadi motivasi dalam pengenalan identitas diri diterapkan mentah-mentah ke masa kini. Terlebih, memahami sejarah yang tertuang dalam suatu simbol memerlukan kedalaman dan kejernihan batin setiap pribadi. Dengan arti lain, simbol-simbol peninggalan sejarah seharusnya bisa membuat manusia lebih bijak dalam bersikap, terutama saat menjalani kehidupan. Dan bukan justru membelenggu manusia ke dalam romantisme kehidupan masa lampau yang tidak produktif. Contonya pagelaran Seni Budaya yang dilaksanakan di Watu Pinawetengan baru-baru ini dilaksanakan secara ritus tetapi sebenarnya masyarakat Minahasa sekarang ini tidak lagi melakukan ritual seperti itu. Ritus seperti itu sebenarnya dilakukan oleh sekelompok orang yang hanya memanfaatkan budaya dan leluhur demi keuntungan pribadi semata.

Revolusi budaya kini telah terjadi di Minahasa, dimana seiring dengan berjalannya waktu, banyak sudah kebudayaan Minahasa yang terkontaminasi oleh budaya luar contohnya kebudayaan asli seperti tari maengket kini telah menjadi cha-cha, klarinet kini telah menjadi band, dan hal itu adalah wajar karena sebenarnya daerah yang multi kultur ini sangat terbuka dengan perubahan. Adalah hal penting yang perlu kita sadari bersama bahwa semangat masa lalu adalah titik tumpu, semacam fondasi ketika kita membangun rumah, untuk menjangkau masa depan dan Identitas Orang Minahasa adalah keterbukaan dalam menyambut perubahan dan semangat Mapalus dalam mencapai tujuan bersama.

I Jajat U Santi

2 komentar:

Ungke mengatakan...

Hai Frisky,

Blog kamu bagus, isinya juga bagus, sangat informatif. Saya senang membacanya. Kalau ada waktu, mampir ke blog saya :

www.ungkes.blogspot.com

Semoga makin banyak anak2 kawanua yang sadar dan cinta budayanya sendiri.

Salam kenal,
Ungke

www.RYKERS.org mengatakan...

mau k sana ahhh. bilang klo k sana boleh ba ilang kong terbang.. btus so?